Berita terkait Konflik Ukraina dan Rusia

Berita terkait Konflik Ukraina dan Rusia – Situasi antar dua negara Ukraina dan Rusia kembali memanas akhir pekan ini. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya ledakan di Jembatan Crimea. Ini merupakan suatu ledakan dengan dampak besar bagi Rusia khususnya karena peran dari Jembatan Crimea. Jembatan ini merupakan jembatan penting bagi Rusia karena ini menjadi jalur utama penghubung dari wilayah Rusia ke wilayah Crimea. Crimea sendiri merupakan bagian dari negara Ukraina sebelum kemudian diambil alih dan direbut oleh Rusia pada tahun 2014 yang lalu. Semenjak saat itu, Jembatan Crimea ini dibangun serta kemudian dibuka secara resmi pada 2018 dalam suatu pesta meriah. Jembatan ini memang menjadi jalur utama dari Rusia ke arah Crimea sekaligus jalur untuk memasuki wilayah Ukraina yang berbatasan dengan Crimea. Karena itu, perannya sangat fital baik itu untuk kebutuhan ekonomi di wilayah yang sudah menjadi bagian dari Rusia tersebut sekaligus untuk kebutuhan militer Rusia.

Jembatan Crimea tak saja menjadi jalur penghubung yang sangat penting. Dari bangunannya sendiri, jembatan ini merupakan bangunan ikonik di Eropa karena ini merupakan salah satu jembatan terpanjang di Eropa dengan total panjang mencapai 19 km. Jembatan ini membentang di atas Selat Kerch. Konstruksi jembatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu jalur untuk kendaraan umum atau kendaraan biasa serta jalur untuk kereta. Dengan terjadinya ledakan di Jembatan Crimea tersebut, pemerintah Rusia khawatir kalau pasokan yang ditujukan bagi pasukan Rusia akan berkurang karena ini memang menjadi jalur utama untuk mengirimkan pasokan ke tentara Rusia yang ada di bagian selatan Ukraina. Tak hanya itu saja, Jembatan Crimea ini juga secara bersamaan menjadi jalur utama untuk memasuki Pelabuhan Sevastopol. Pelabuhan ini memegang salah satu peranan penting bagi kekuatan militer Rusia karena ini merupakan markas utama Rusia di Laut Hitam.

Terkait dengan ledakan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin langsung melayangkan tuduhan kepada pihak Ukraina sebagai dalang dan pelaku di balik perusakan jembatan tersebut. Tak hanya sekedar menuduh Ukraina sebagai dalang dari serangan terhadap Jembatan Crimea, Putin pun sekaligus menyebut ledakan ini sebagai suatu aksi terorisme. Seperti yang diberitakan oleh Reuters pada hari Minggu (9/10), Presiden Vladimir Putin menyebut ledakan ini sebagai tindakan terorisme yang menargetkan perusakan infrastruktur sipil. Ini tentu mengundang reaksi hebat dari Rusia karena peran dari Jembatan Crimea ini memang sangat penting serta terkait langsung dengan upaya Rusia di Ukriana.

Menaggapi ledakan ini, Putin pun membentuk suatu komite investigasi untuk mengusut tuntas kejadian ledakan ini serta menemukan pelaku sebenarnya dari ledakan di Jembatan Crima. Terkait dengan hal itu, Alexander Bastrykin menjadi kepala komite ini serta Putin pun telah bertemu dengan Alexander Bastrykin untuk membicarakan tentang hal ledakan serta mencari tahu hasil temuan dari komite investigasi. Namun sampai saat ini, masih belum benar-benar diketahui pelaku dari ledakan tersebut. Sebagaimana laporan dari CNN pada 10 Oktober 2022, sampai saat ini masih belum jelas penyebab ledakan tersebut. Namun, sejumlah pejabat Rusia menyebutkan bahwa ledakan ini dipicu oleh sebuah truk yang melintas serta memunculkan ledakan. Ledakan tidak saja terjadi di jalur kendaraan umum saja karena saat ledakan itu terjadi, ada kereta yang membawa bahan bakar sedang melintas sehingga ledakannya menyebar. Karenanya, dampak ledakan pun meluas.

Dari ledakan ini, tiga orang menjadi korban meninggal. Seperti yang dikutip oleh Reuters, Komite Investigas Rusia menyebutkan bahwa korban meninggal ini adalah penumpang yang saat itu tengah berada di dekat truk yang meledak serta memicu kerusakan di Jembatan Crimea. Selain korban jiwa, dilaporkan bahwa dua bagian jembatan hancur karena hal ini. Reuters pun melaporkan bahwa kerusakan jembatan yang ada itu menyebabkan terjadinya kemacetan parah untuk kendaraan yang akan memasuki jembatan. Kendaraan sudah terlihat mengantri cukup panjang sejak hari Minggu lalu (9/10). Walau Putin sudah menuduh kalau dalang dari ledakan ini adalah Ukraina, namun Ukraina tidak menyatakan diri sebagai pelaku ledakan tersebut. Yang keluar justru adalah ejekan dari Ukraina atas terjadinya ledakan itu.

Masih terkait dengan Rusia dan Ukraina, kali ini berita tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Ukraina di Zaporizhzhia. Pembangkit listrik ini merupakan pembangkit listrik milk pemerintah PLTN yang saat ini sudah diambil alih serta dikuasai Rusia. Pembangkit listrik ini memiliki peran cukup penting bagi Ukraina karena ini menjadi salah satu pemasok lisrik utama di negara tersebut. Pembangkit listrik ini pun menjadi pembangkit listrik bertenagan nuklir terbesar di Eropa. PLTN ini sempat tidak berjalan karena adanya masalah yang diakibatkan oleh terjadinya penembakan di pembangkit listrik tersebut. Walau pembangkit listrik mengalami kendala, ini tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa adanya operasi karena adanya reaktor nuklir. Setidaknya, tetap harus ada aliran listrik untuk menggerakkan pendingin dan bagian lainnya guna menjaga reaktor agar tetap aman karena kondisi yang tidak terkontrol bisa menyebabkan situasi yang membahayakan.

Seperti yang disampaikan oleh Energoatom serta dikutip oleh Reuter, selama dua hari PLTN ini menggunakan pasokan listrik dari diesel guna menjalankan pendingin darurat dari reaktor nulir di sana. saat ini, situasi sudah kembali berangsur normal usai mulai terkendalinya sistem energi Ukraina. Energoatom ini merupakan perusahaan nuklir milik Ukraina serta terlibat langsung dalam pengoperasian dan pemeliharaan dari PLTN tersebut. Tak hanya pernyataan dari perwakilan Energoatom saja, perwakilan dari IAEA atau Badan Energi Atom Internasional pun menyatakan hal serupa. IAEA memiliki dua pengawas yang ditugaskan untuk berada serta memantau PLTN tersebut. Berdasarkan laporan dari dua petugas tersebut, pasokan listrik yang ada memang sudah mulai dipulihkan sehingga tidak harus menggunakan diesel lagi. Dengan begitu, situasi sudah menjadi lebih aman. Walau memang PLTN ini diduduki oleh Rusia, kenyataannya operator dari Ukraina mash tetap bertugas secara langsung di PLTN tersebut.